Selasa, 19 Maret 2013

CINTA ILAHI

<i>Cinta Sejati Yang Terlupakan 01. #cinta memang kata menarik, tak habis dibedah kata, tak lekang dimakan masa – tak dapat dijangkau mata walau adanya nyata 02. namun dangkal kiranya bila #cinta hanya dianggap urusan fisik, sempit rasanya bila #cinta dimaknai hanya pacaran 03. bila #cinta hanya menyatunya fisik, maka semua hewan pun mampu bercinta, bila #cinta hanya pegangan tangan, aduhai sempitnya #cinta 04. bukan #cinta apabila hanya pentingkan ego pribadi dengan manfaatkan lawan jenis untuk memenuhi syahwat kita 05. bukan #cinta apabila biarkan yang kita cintai melawan Dzat yang menciptakannya dan menciptakan kita, maksiat namanya 06. #cinta itu memikirkan yang dicintai, bukan hanya kemarin dan kini, tapi nanti 07. #cinta itu berserius dan bersungguh-sungguh, #cinta itu memberikan bukan meminta 08. Allah hiaskan pada diri kita #cinta agar kita dapat tulus menyayangi sesama, memanusiakan manusia dan menyatukannya dalam ukhuwah 09. Allah pun berikan pada kita #cinta untuk saling melengkapi, mengutuhkan diri kita sebagai makhluk Allah 10. sejak awal dunia, #cinta telah berperan, dimulai dari ketiadaan, ruang kosong tanpa waktu, Allah berkehendak jadikan kita dgn #cinta-Nya 11. ditiupkan ruh-Nya kepada kita agar menjadi bagian dari kita #cinta-Nya itu, dan karena itu terizinkan kita mengecap nikmat dunia 12. tengoklah #cinta yang sering terlupakan sampai kubur mengaga dan kafan terbentang, padahal #cinta itu hadir sebelum kita lahir 13. semua diawali oleh janji suci penuh #cinta yang megikatkan diri kita pada rahim (cinta) bunda terkasih, bertumbuh dan menanti 14. ayah terus menanti kita, kesibukannya sering terusik dengan tanya “apa anakku baik2 saja?, segala persiapan digiatkan, uang ditumpuk 15. seringkali di tempat kerja ayah mengikat perutnya, rela tak penuhi hajatnya hanya karena “ini lebih baik disimpan untuk si kecil nanti” 16. bunda yang tak pernah menghitung jasanya, bertambah berat tubuhnya setiap waktu, sementara kita bertambah ringan perhatian padanya 17. walau perutnya tak ajeg dan badannya tak nyaman, namun pikirnya mantap, bacaannya “bagaimana mempersiapkan kedatangan bayi?” 18. dalam mualnya dia bersedekah dengan zikir, memaksa makanan masuk ke perut walau ia tak suka, beginilah #cinta 19. saat hendak bersalin, tegang diri bunda saat terbersit ia dipanggil Allah hingga tak sempat lagi menemani dewasa anaknya 20. cemas bercampur senang, harap berkelindan dengan resah, doa dipanjatkan, sakit tak berbilang membuncah, semua karena #cinta 21. ayah kita yang biasanya kiat pun tak mampu menahan melihat bunda yang menahan sakit, berjudi dengan nyawa diujung derita, semua #cinta 22. ayah berucap “jikalau bisa raga mengganti sakit, biarlah kami yang merasakannya ya Allah!”, namun bunda lebih rela menanggungnya 23. saat bunda hampir kehilangan harap, dan ayah di batas asa, teriakan kita membalik semua sakit jadi tawa, hanya #cinta yg mampu begini 24. masih berlumuran darah, bunda menatap wajah kita dengan senyuman yang paling indah, seolah dia wanita paling bahagia di seluruh semesta 25. lupa sudah sakit, hilang sudah cemas, ayah kita menghambur memeluk, hanyut dalam tangis layaknya bocah, inilah #cinta 26. entah darimana tenaga bunda, yang tadi terkuras dengan teriakan dan tangisan, nyatanya dia tak mau melepaskanmu, ditimang-timang sayang 27. saat balita, entah berapa kali bunda harus bangun, tak pernah penuh lagi rehatnya sejak hari itu, namun semua dia lakukan dengan #cinta 28. kali ini bunda terbangun karena pipis, senandungnya mengiringi kembali tidur kita, tak lama kita bangunkan bunda kembali, kali ini lapar 29. tak sekalipun ia menyebut semua ini, walau saat kita menyakitinya, mengingat hal ini sungguh menghancurkan hatinya 30. saat dewasa, bunda dengarkan semua keluhan dan makian kita, berlagak bodoh demi harga diri anaknya, membela kita tanpa kita ketahui 31. sering dia menyebut kita membanggakan kita dihadapan teman2nya, menyebut kebaikan kita dan menutup rapat durhaka kita 32. suara bentakan kita dibalas dengan nasehat yang tulus, diajarkannya semua hal tentang dunia kepada kita, terkadang bersenandung 33. saat malam kita tertidur pulas, bunda tidak, dia mengangkat tangannya berdoa pada Tuhannya dalam shalat malamnya, yg tak pernah kita tau 34. sampai detik inipun ia masih berdoa.. ”Allah, jadikan putra-putriku sedap dipandang mata, berikanlah mereka hati lembut dan keshalihan” 35. kala kita membentak, bunda hanya bisa menangis, sakit. namun esoknya dia kembali memasak, tersenyum pada kita seolah tak terjadi apapun 36. mari kita putar balik memori kita, tulisnya #cinta yang diberikan ayah-bunda, apakah kita menghargainya? atau bahkan ingat pun tidak? 37. pernahkah kita memberikan hadiah, sekedar sekuntum bunga atau selirik ucapan “terimakasih bunda?” bersujud simpuh dihadapannya? 38. ataukah bunga pertama yang ingin kita berikan padanya tatkala tubuhnya terbaring kaku dan jiwanya telah kembali? 39. ataukah bangga kita padanya baru terucap saat yangan tak tergenggam lagi dan mata tak bertemu selama-lamanya? 40. dalam doa selesai shalat kita, berapa banyak kita menyebut ayah-bunda, ataukah nama yg lebih sering disebut adl pacar? naudzubillah! 41. tengoklah pula Rasulullah saw, yang dengan #cinta dia menyebut kita “ummati, ummati, ummati” mengkhawatirkan kita di ujung maut 42. tak habis siksaan dialami Rasulullah demi ummatnya, lepmparan batu, guyuran kotoran ternak dan pukulan, adalah bukti #cinta Rasulullah 43. #cinta Muhammad pada ummatnya tak lekang waktu, saksikanlah kami bershalawat untuknya duhai Allah, sampaikanlah padanya, kekasih kami 44. #cinta Allah, Rasul-Nya, dan kedua orangtua kita, sungguh mereka telah mendahului memberi #cinta pada kita 45. itulah manusia #cinta didepan mata terbutakan nafsu sesaat, yang disalahartikan sebagai cinta 46. kita lebih cenderung pada ramai kata dunia dibanding keputusan Allah dan Rasulnya, mendurhakai pencipta #cinta atas nama #cinta 47, mungkin tak kita ketahui tanpa sadar bahwa kita telah masuk dalam jebakan yahudi dan nasrani, ditelikung dari titik buta tanpa sadar 48. mereka tau bahwa pemuda adalah tumpuan umat Islam, yang paling peka terhadap cinta, menghancurkan mereka berarti menghancurkan Islam 49. mereka kenalkan kita budaya hedonis, bertuhankan syahwat dan kepuasan nafsu fisik belaka, mereka bungkus dengan kata #cinta 50. laksana racun berbungkus madu, paras #cinta dunia elok berdadandan menutupi kebusukan aqidah, siap membunuh siapa saja yang menelannya 51. jangan kau nodai nama #cinta dengan mengatasnamakannya atas pekerjaan nafsu. Karena #cinta jauh berbeda dengan nafsu 52. #cinta tak akan pernah menginginkan yang dicintai menjadi sengsara dan susah, dan menumpuk kesenangan berdasar ke-egoisan 53. jangan katakan #cinta apabila ia tau perbuatannya akan mengantarkan yang dicintainya pada api neraka sementara ia tetap melakukannya 54. bukan #cinta bila lebih mementingkan ajaran lain selain ajaran nabi Muhammad saw 55. ya Allah, sungguh banyak salah dan khilaf kami pada-Mu. kami tau api neraka itu panas, tetap saja kami melakukan yang dilarang oleh-Mu 56. sungguh lemah kami dari mencinta secara sejati, sungguh pintar kami membuat topeng #cinta untuk syahwat kami 57. karuniakanlah kami #cinta sejati, al-hubbu fillah.. cinta karena Dzat-Mu duhai Allah, pemberi ketentraman hati 58. karuniakan kami keberanian bertemu karena Engkau dan berpisah karena Engkau, duhai Allah Dzat yang menyatukan dan menceraikan 59. karuniakan kami #cinta sejati yang dengannya kami lebih mencintai-Mu, Rasul-Mu dan jihad di jalan-Mu dibanding barang fana apapun 60. Allahuakbar, Masyaa Allah, dan wafatkan kami dalam keadaan berdakwah di jalan-Mu sebagaimana Rasul-Mu

Senin, 19 Desember 2011

kaligrafi dari Koran Bekas


dinding rumah anda akan lebih indah dan bermakna dengan hiasan kaligrafi dari koran bekas yang ramah lingkungan

Rabu, 25 Mei 2011

MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH AL-HIKMAH

KURIKULUM PENGAJARAN
MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH AL-HIKMAH
Tahun Ajaran 2011-2012

Mata Pelajaran : AL-QUR`AN

I. Kelas : I (Satu)
Semester : 1 (Pertama)
1. Tahsinul Qira’at;
a. Mengetahui huruf-huruf Hijaiyah
b. Mampu mengucapkan huruf-huruf Hijaiyah dengan baik dan benar
c. Mengetahui tanda baca (Harokat) dalam Al-Qur’an (Fathah, dhommah, kasrah, Sukun, dan tanwin)
2. Tahsinul Kitabah;
a. Mampu menuliskan huruf-huruf Hijaiyah
b. Mampu menuliskan huruf-huruf Hijaiyah yang berharokat
3. Tahfidz;
a. Mampu menghafal Al-Qur’an pada surat-surat pendek beserta artinya
b. Mampu menghafal Al-Qur’an dari surat Al-Kautsar s.d An-Nass

Semester : 2 (Kedua)
1. Tahsinul Qira’at;
a. Mampu mengucapkan Huruf Hijaiyah dengan makharijul huruf yang baik dan benar
b. Mengetahui tanda baca Tasydid
c. Mengetahui bacaan Lafadz Jalalah dengan bacaan Tafhim dan Tarqiq
d. Mengetahui bacaan Alif lam Qomariyah dan Waqaf
2. Tahsinul Kitabah;
a. Mampu menuliskan huruf hijaiyah yang bersambung dalam satu kata atau kalimat
3. Tahfidz;
a. Mampuh menghafal Al-Qur’an dari surat Al-Qori’ah s.d Al-Ma’un beserta artinya

II. Kelas : II (Dua)
Semester : 1 (Pertama)
1. Tahsinul Qira’at;
a. Mengetahui bacaan Qolqolah
b. Mengetahui bacaan Waqaf di akhir dan di tengah kalimat
2. Tahsinul Kitabah;
a. Mampu menulis kalimat-kalimat panjang dalam Al-Qur’an
b. Mampu menulis satu surat pendek dalam Al-Qur’an
3. Tahfidz;
a. Mampu menghafal Al-Qur’an dari surat Al-Qodr s.d Al-‘Adiyat
b. Mengetahui penjelasan tentang isi kandungan dari surat Al-Qodr s.d Al-‘Adiyat

Semester : 2 (Kedua)
1. Tahsinul Qira’at;
a. Mengetahui bacaan Nun mati dan tanwin
b. Mengetahui Bacaan Mim mati
c. Mengetahui bacaan panjang lebih dari 2 harakat
d. Mengetahui tanda baca Waqaf dan Washal
2. Tahsinul Kitabah;
a. Mampu menulis huruf Hijaiyah dengan cara Imla’ (Dikte)
b. Mampu menulis Huruf Hijaiyah yang bersambung dalam satu kata dengan cara Imla’
3. Tahfidz;
a. Mampu menghafal Al-Qur’an dari surat Asy-Syamsi s.d Al-‘Alaq
b. Mengetahui penjelasan tentang isi kandungan dari surat Asy-Syamsi s.d Al-‘Alaq



III. Kelas : III (Tiga)
Semester : 1 (Pertama)
1. Tahsinul Qira’at;
a. Mengetahui kaidah ilmu tajwid yang baik dan benar
b. Mengetahui hukum bacaan Ta’awwudz dan Basmalah, Nun mati dan Tanwin, Alif Lam Qomariyah dan Syamsiyah, dan hukum Mim mati
c. Mengetahui hukum Mad Wajib/Asli/Thabi’i
2. Tahsinul Kitabah;
a. Mampu menulis surat-surat pendek yang ditentukan dengan baik dan benar
b. Mampu menulis satu atau dua kalimat dengan cara Imla’
3. Tahfidz;
a. Mampu menghafal Al-Qur’an dari surat Al-Buruj s.d Al-Balad
b. Mengetahui penjelasan tentang isi kandungan surat Al-Buruj s.d Al-Balad

Semester : 2 (Kedua)
1. Tahsinul Qira’at;
a. Mengetahui hukum bacaan Mad Far’i dan cabang-cabangnya
b. Mampu menjelaskan hukum bacaan yang terdapat dalam surat-surat pendek
2. Tahsinul Kitabah;
a. Mampu menulis surat-surat pendek dengan cara Imla’
3. Tahfidz;
a. Mampu menghafal Al-Qur’an dari surat An-Naba s.d Al-Insyiqaq
b. Mengetahui penjelasan tentang isi kandungan surat An-Naba s.d Al-Insyiqaq

































KURIKULUM PENGAJARAN
MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH AL-HIKMAH
Tahun Ajaran 2011-2012

Mata Pelajaran : HADITS

I. Kelas : I (Satu)
Semester : 1 (Pertama)
1. Mengetahui hadits tentang pentingnya ilmu, mencarinya, dan mengajarkannya beserta terjemahannya;
2. Mengetahui hadits tentang mengucapkan salam dan berjabat tangan serta terjemahannya;
3. Mengetahui hadits tentang kewajiban bertaqwa serta terjemahannya;
4. Mengetahui hadits tentang rukun Iman, rukun Islam, dan Ihsan serta terjemahannya;
5. Mengtahui hadits tentang bersyukur serta terjemahannya

Semester : 2 (Kedua)
1. Mengetahui hadits tentang keutamaan Akhlak serta terjemahannya
2. Mengetahui hadits tentang adab makan serta terjemahannya
3. Mengetahui hadits tentang kewajiban berbakti kepada orangtua serta terjemahannya
4. Mengetahui hadits tentang kewajiban hormat kepada guru serta terjemahannya
5. Mengetahui hadits tentang Shalat serta terjemahannya

II. Kelas : II (Dua)
Semester : 1 (Pertama)
1. Mengetahui hadits tentang persaudaraaan, silaturahmi, dan persahabatan serta terjemahannya
2. Mengetahui hadits tentang niat, wudlu, dan kebersihan serta terjemahannya
3. Mengetahui hadits tentang muslim/muslimah yang paling baik dan amal yang paling baik serta terjemahannya
4. Mengetahui hadits tentang tentang ciri-ciri orang munafik serta terjemahannya

Semester : 2 (Kedua)
1. Mengetahui hadits tentang akhlak mulia (jujur, amanah, tasamuh, malu) serta terjemahannya
2. Mengetahui hadits tentang keutamaan membaca dan mempelajari Al-Qur’an serta terjemahannya
3. Mengetahui hadits tentang menyayangi anak yatim serta terjemahannya
4. Mengetahui hadits tentang akhlak tercela (sombong, khianat) serta terjemahannya

III. Kelas : III (Tiga)
Semester : 1 (Pertama)
1. Mengetahui hadits tentang kewajiban menghormati yang lebih tua, ukhuwah islamiyah, dan silaturahmi serta terjemahannya
2. Mengetahui hadits tentang mencintai sesama mukmin dan menghormati tamu serta terjemahannya
3. Mengetahui hadits tentang keutamaan bersedekah dan berzakat serta terjemahannya
4. Mengetahui hadits tentang larangan akhlak madzmumah (hasad, ghibah, namimah, suuzhon) serta terjemahannya

Semester : 2 (Kedua)
1. Mengetahui hadits tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat serta terjemahannya
2. Mengetahui hadits tentang mencintai lingkungan serta terjemahannya
3. Mengetahui hadits tentang menggunakan waktu serta terjemahannya
4. Mengetahui hadits tentang amal shalih yang tidak akan putus serta terjemahannya





KURIKULUM PENGAJARAN
MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH AL-HIKMAH
Tahun Ajaran 2011-2012

Mata Pelajaran : AQIDAH

I. Kelas : I (Satu)
Semester : 1 (Pertama)
1. Mengetahui kalimat-kalimat thayyibah dan maknanya;
a. Tasbih
b. Tahmid
c. Tahlil
d. Takbir
e. Hauqolah
f. Basmalah/Ta’awwudz
2. Mengetahui kalimat syahadatain, makna, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari;
3. Mengetahui Rukun Iman dan Ihsan, beserta tanda-tanda orang beriman dan prilaku Ihsan.

Semester : 2 (Kedua)
1. Mengetahui arti dan dalil Iman kepada Allah SWT;
2. Mengetahui sebagian sifat-sifat Allah SWT dalam Al-Asma Al-Husna;
3. Mengetahui 20 sifat wajib bagi Allah SWT.

II. Kelas : II (Dua)
Semester : 1 (Pertama)
1. Mengetahui 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil, dan sifat jaiz bagi Allah SWT;
2. Beriman kepada Malaikat Allah SWT;
a. Mengetahui arti dan dalil iman kepada Malaikat
b. Mengetahui 10 nama Malaikat beserta tugasnya
c. Mengetahui contoh prilaku orang yang beriman kepada Malaikat

Semester : 2 (Kedua)
1. Beriman kepada Kitab-kitab Allah SWT;
a. Mengetahui arti dan dalil beriman kepada kitab-kitab Allah SWT
b. Mengetahui nama-nama kitab-kitab Allah dan Rasul yang menerimanya
2. Meyakini Al-Qur`an sebagai wahyu Allah SWT dan pedoman hidup;
a. Mengetahui pengertian dan keutamaan Al-Qur`an
b. Mengetahui isi kandungan Al-Qur`an (Jumlah Juz, Surat, dan Ayat)
c. Mengetahui cara turunnya Al-Qur’an

III. Kelas : III (Tiga)
Semester : 1 (Pertama)
1. Beriman kepada rasul-rasul Allah SWT;
a. Mengetahui arti dan dalil iman kepada Allah SWT
b. Mengetahui dan mampu menyebutkan tugas dan nama-nama 25 rasul Allah
c. Mengetahui dan meneladani sifat-sifat rasul Allah SWT
2. Beriman kepada nabi akhir zaman Muhammad SAW;
a. Mengetahui silsilah keluarga nabi Muhammad SAW dari pihak ayah dan ibu
b. Mengetahui dan meneladani sifat-sifat yang dimiliki nabi Muhammad SAW
c. Mengetahui arti dan contoh Mukjizat, Irhas, Karomah, dan Maunah
d. Mengetahui Mukjizat nabi Muhammad SAW
3. Beriman kepada Hari Akhir;
a. Mengetahui arti dan dalil iman kepada Hari akhir
b. Mengetahui nama-nama dan makna Hari akhir
c. Mengetahui tanda-tanda Hari akhir



Semester : 2 (Kedua)
1. Beriman kepada Qodlo dan Qodar Allah SWT;
a. Mengetahui arti dan dalil iman kepada Qodlo dan Qodar
b. Mengetahui manfaat iman kepada Qodlo dan Qodar
c. Mengetaui contoh sikap orang yang beriman kepada Qodlo dan Qodar
2. Beriman kepada yang Ghaib;
a. Mengetahui arti dan dalil adanya alam Kubur, Mahsyar, Hisab, Mizan, Shirat, Surga dan Neraka
b. Mengetahui arti Jin, Syetan dan Iblis, serta prilaku syaithaniah




















































KURIKULUM PENGAJARAN
MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH AL-HIKMAH
Tahun Ajaran 2011-2012

Mata Pelajaran : AKHLAK

I. Kelas : I (Satu)
Semester : 1 (Pertama)
1. Mengetahui adab sehari-hari;
a. Adab Makan (Do’a sebelum dan sesudah makan beserta artinya)
b. Adab keluar masuk masjid (Do’a masuk dan keluar masjid beserta artinya)
c. Adab keluar masuk kamar mandi (Do’a masuk dan keluar kamar mandi beserta artinya)
d. Adab tidur (Do’a sebelum dan sesudah tidur beserta artinya)
e. Adab kepada orang tua (Do’a kepada orang tua beserta artinya)
f. Adab berpakaian (Do’a memakai dan melepaskan pakaian beserta artinya)
g. Adab keluar masuk rumah (Do’a masuk dan keluar rumah beserta artinya)
h. Adab Belajar (Do’a sebelum dan sesudah belajar beserta artinya)

Semester : 2 (Kedua)
1. Mengetahui adab sehari-hari;
a. Adab berada di majlis (Do’a akhir majlis dan artinya)
b. Adab naik kendaraan (Do’a ketika naik kendaraan dan artinya)
c. Adab bercermin (Do’a ketika bercermin dan artinya)
d. Adab bersin (Do’a ketika bersin dan artinya)
e. Adab bertemu dengan orang lain (Bacaan salam dan artinya)
f. Adab membaca Al-Qur’an (Do’a setelah membaca Al-Qur’an dan artinya)
g. Mengetahui do’a ketika ada petir
h. Mengetahui do’a keselamatan dunia akhirat dan artinya

II. Kelas : II (Dua)
Semester : 1 (Pertama)
1. Mengetahui pengertian akhlak dan dalil tentang pentingnya akhlak;
2. Mengetahui arti dan contoh Akhlak Mahmudah;
a. Mengenal perbuatan baik (menolong, menyayangi, menghormati, dan mengahargai)
b. Menyebutkan dalil tentang kewajiban berbuat baik
3. Mengetahui arti dan contoh Akhlak Madzmumah;
a. Menjauhi perbuatan buruk (mengganggu, menghina, membentak, memukul, dan menyakiti)
b. Menyebutkan dalil tentang kewajiban menjauhi perbuatan buruk
4. Mengetahui akhlak kepada orang tua;
5. Mengetahui akhlak kepada guru;
6. Mengetahui akhlak kepada saudara.

Semester : 2 (Kedua)
1. Mengetahui akhlak kepada tetangga;
2. Mengetahui akhlak kepada teman;
3. Mengetahui Akhlak Mahmudah kepada Allah SWT beserta dalilnya;
a. Syukur
b. Sabar
c. Ikhlas
d. Tawakkal
4. Mengetahui Akhlak Madzmumah kepada Allah SWT beserta dalilnya;
a. Syirik
b. Nifaq
c. Fisq



III. Kelas : III (Tiga)
Semester : 1 (Pertama)
1. Mengenal Akhlak Mahmudah kepada diri sendiri beserta dalilnya;
a. Qana’at
b. Tawadlu’
c. Syaja’ah
d. Jujur
e. Amanah
f. Menepati janji
g. Dermawan
h. Sederhana

Semester : 2 (Kedua)
1. Mengetahui Akhlak Madzmumah kepada diri sendiri dan orang lain beserta dalilnya;
a. Malas
b. Sombong
c. Riya
d. Tamak
e. Marah
f. Dusta/Bohong
g. Khianat
h. Hasad







































KURIKULUM PENGAJARAN
MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH AL-HIKMAH
Tahun Ajaran 2011-2012

Mata Pelajaran : FIQIH

I. Kelas : I (Satu)
Semester : 1 (Pertama)
1. Mengenal 5 Rukun Islam dan penjelasannya;
2. Bersuci;
a. Mengetahui jenis-jenis air dalam bersuci
b. Mengetahui macam-macam najis dan cara mensucikannya
3. Wudlu;
a. Mengetahui tata cara berwudlu
b. Mengetahui niat dan do’a setelah berwudlu beserta artinya
4. Mengenal 5 hukum Islam beserta contohnya.

Semester : 2 (Kedua)
1. Shalat;
a. Mengetahui niat shalat yang 5 waktu
b. Mampu mempraktikkan tata cara shalat yang baik dan benar
c. Mampu melafalkan bacaan shalat yang baik dan benar
2. Mengetahui lafal adzan dan iqomat beserta ketentuannya;
3. Tayammum;
a. Mengetahui tata cara bertayammum

II. Kelas : II (Dua)
Semester : 1 (Pertama)
1. Wudlu;
a. Mengetahui syarat-syarat wudlu
b. Mengetahui rukun dan sunat-sunat wudlu
c. Mengetahui hal-hal yang membatalkan wudlu
d. Mempraktikkan tata cara berwudlu
2. Tayammum;
a. Mengetahui syarat-syarat tayammum
b. Mengetahui rukun tayammum
c. Mengetahui hal-hak yang membatalkan tayammum
d. Mempraktikkan tata cara bertayammum
3. Mandi Wajib;
a. Mengetahui macam-macam mandi wajib dan ketentuannya
b. Mengetahui tata cara mandi wajib

Semester : 2 (Kedua)
1. Shalat;
a. Mengetahui waktu-waktu shalat fardlu
b. Mengetahui syarat-syarat shalat
c. Mengetahui rukun dan sunat shalat
d. Mengetahui hal-hal yang membatalkan shalat
e. Mengetahui Do’a Qunut
f. Mengetahui syarat-syarat dan tata cara shalat berjamaah
2. Dzikir;
a. Mampu melafalkan dzikir setelah shalat fardlu
b. Mampu melafalkan do’a setelah shalat fardlu

III. Kelas : III (Tiga)
Semester : 1 (Pertama)
1. Shalat Jumu’at;
a. Mengetahui syarat-syarat dan rukun shalat jumu’at
b. Mengetahui rukun-rukun khutbah
2. Mengetahui macam-macam shalat sunnat dan ketentuannya;
a. Shalat sunnat Rawatib
b. Shalat sunnat Tarawih
c. Shalat sunnat witir
d. Shalat sunnat ‘Iedul Fitri dan ‘Iedul Adha
e. Shalat sunnat Tahajjud
f. Shalat sunnat Dluha
3. Mengetahui ketentuan serta syarat-syarat Shalat Jamak Takdim, Jamak Takhir, dan Jamak Qashar.

Semester : 2 (Kedua)
1. Mengetahui tata cara mengurus jenazah menurut syariat Islam;
a. Memandikan jenazah
b. Mengkafani jenazah
c. Menshalatkan jenazah
d. Menguburkan jenazah
2. Mengetahui ketentuan Tazkiyah dan Ziarah Qubur.
3. Mengetahui ketentuan Zakat dan Puasa










































KURIKULUM PENGAJARAN
MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH AL-HIKMAH
Tahun Ajaran 2011-2012

Mata Pelajaran : TARIKH ISLAM

I. Kelas : I (Satu)
Semester : 1 (Pertama)
1. Mengenal kehidupan nabi Muhammad SAW;
a. Peristiwa kelahiran Muhammad
b. Sejarah Muhammad dalam asuhan Ibu kandungnya
c. Sejarah Muhammad dalam asuhan orang lain
d. Sejarah Wafatnya ibu kandung Muhammad
e. Sejarah Muhammad dalam asuhan kakeknya (Abdul Muthallib)
f. Sejarah Muhammad dalam asuhan pamannya (Abu Thalib)
g. Sejarah Muhammad sebagai pengembala dan pedagang
h. Sejarah perjalanan Muhammad ke Syam
i. Mengetahui sifat-sifat terpuji nabi Muhammad SAW semasa kecil
j. Mengetahui tanda-tanda kenabian Muhammad di masa kecil

Semester : 2 (Kedua)
1. Mengetahui Kehidupan rumah tangga nabi Muhammad SAW;
a. Sejarah pernikahan nabi Muhammad dengan Siti Khadijah
b. Sejarah pengorbanan Siti Khadijah
2. Mengetahui kepribadian Muhammad sebagai Al-Amin;
a. Sejarah pemeberian gelar Al-Amin
b. Sejarah Peletakan Hajar Aswad
3. Mengetahui peristiwa diangkatnya Muhammad menjadi Rasul.

II. Kelas : II (Dua)
Semester : 1 (Pertama)
1. Mengetahui sejarah permulaan dakwah Rasulullah SAW;
a. Dakwah secara sembunyi-sembunyi
b. Mengetahui Assabiqunal Awwalun (Yang pertama kali beriman)
c. Dakwa secara terang-terangan
2. Mengetahui sikap kaum Quraisy terhadap dakwah Muhammad SAW;
a. Mengetahu sikap Abu Jahal dan Abu Lahab
b. Mengetahui bujukan Quraisy kepada Abu Thalib
c. Mengetahui penyiksaan kaum Quraisy terhadap para Sahabat
3. Mengetahui Sejarah Hijrahnya Nabi ke Habasyah.

Semester : 2 (Kedua)
1. Mengetahui Sejarah wafatnya Siti Khadijah dan Abu Thalib;
2. Mengetahui sejarah hijrahnya Nabi SAW ke Thaif;
3. Mengetahui peristiwa Isra Mi’raj Nabi SAW;
4. Mengetahui sejarah Bai’atul ‘Aqobah.

III. Kelas : III (Tiga)
Semester : 1 (Pertama)
1. Mengetahui sejarah hijrahnya Nabi SAW ke Madinah bersama para sahabatnya;
2. Mengetahui sejarah kehidupan Nabi SAW di madinah;
3. Mengetahui Peperangan yang terjadi di masa Nabi Muhammad SAW;
a. Perang Badar Besar
b. Perang Uhud
c. Perang Bani Nadhir
d. Perang Ahzab
e. Perang Ghathafan

Semester : 2 (Kedua)
1. Mengetahui Peperangan yang terjadi di masa Nabi Muhammad SAW;
a. Perang Khandaq
b. Perang Bani Quraidlah
c. Perang Hudaibiyah
d. Perang Khaibar
e. Perang Mut’ah
f. Perang Hunain
g. Perang Tabuk
h. Fathul Makkah
2. Mengetahui Sejarah Khualfaur Rasyidin;
a. Abu Bakar Shiddiq
b. Umar bin Khatab
c. Utsman bin Affan
d. Ali bin Abi Thalib














































KURIKULUM PENGAJARAN
MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH AL-HIKMAH
Tahun Ajaran 2011-2012

Mata Pelajaran : BAHASA ARAB


I. Kelas : I (Satu)
Semester : 1 (Pertama)
1. Mengetahui huruf-huruf Hijaiyah dan dapat menulisnya dengan bersambung;
2. Mampu menyebutkan dan menuliskan angka dari 1 s.d 10 dalam Bahasa Arab;
3. Mengetahui 20 mufrodat (kosa kata) baru tentang anggota badan dan nama-nama hari/bulan.

Semester : 2 (Kedua)
1. Mengetahui 20 mufrodat baru tentang nama-nama buah, binatang, dan warna;
2. Mengetahui mufrodat baru tentang benda-benda yang ada di dalam kelas.

II. Kelas : II (Dua)
Semester : 1 (Pertama)
1. Mengetahui percakapan sederhana tentang perkenalan diri;
2. Mengetahui mufrodat baru tentang benda-benda yang ada di sekolah dan rumah;
3. Mampu membuat kalimat dari mufrodat yang telah diberikan.

Semester : 2 (Kedua)
1. Mampu menyebutkan dan menuliskan angka dari 11 s.d 50 dalam bahasa arab;
2. Mengetahui percakapan sederhana tentang pekerjaan;
3. Mengetahui nama-nama arah dan sifat.

III. Kelas : III (Tiga)
Semester : 1 (Pertama)
1. Mampu menyebutkan dan menulis angka dari 50 s.d 100 dalam bahasa arab;
2. Mengetahui keterangan waktu;
3. Mengetahui bentuk kalimat yang menunjukan keterangan jam/pukul.
4. Mengetahui mufrodat baru tentang macam-macam kendaraaan.

Semester : 2 (Kedua)
1. Mengetahui bentuk kata Tanya dalam bahasa arab;
2. Mengetahui bentuk kalimat bilangan dalam kata benda;
3. Mampu berbicara dan mengarang dalam bahasa arab tentang benda-benda yang ada di sekolah dan rumah.

Jumat, 11 Juni 2010

Makalah Pendidikan

MEMBANGUN KARAKTER SISWA BERBASIS QUR’ANI

”Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat”
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam megarungi kehidupan ini, manusia dapat mengatur dan menjalankan hidupnya dengan baik karena diawali dengan sebuah pendidikan. Pendidikan mengajarkan kita akan makna kebersamaan dan kepedulian.
Begitu pentingnya pendidikan sehingga banyak lembaga yang berkecimpung di dunia tersebut. Namun yang dialami sekarang banyaknya lembaga pendidikan tidak dapat menjamin kehidupan anak didiknya berlangsung dengan stabil. Dengan demikian, acap kali pelaku pendidikan sepeti orang tua sedikit hilang kepercayaannya terhadap lembaga tersebut.
Berlari dari permasalahan di atas, ada titik cerah yang dapat kita temukan dalam dunia pendidikan yaitu pendidikan berbasis karakter. Dampak besar yang dapat dirasakan oleh lembaga-lembaga yang menerapkan hal ini. Sebagaimana banyak penelitian menyimpulkan bahwa lembaga yang menerapkan pendidikan tersebut dapat memberikan motivasi terhadap siswa dalam meraih prestasi akademiknya.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu meliputi aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Ketiga aspek itu akan mempengaruhi kecerdasan emosional anak didik dan menjadi bekal penting untuk menyongsong hidupnya di masa yang akan datang. Karena 80 % keberhasilan seorang anak didik ditentukan dari kecerdasan emosinya, dan hanya 20 % yang ditentukan oleh kecerdasan otaknya.
Akan tetapi, pendidikan karakter pun tidak cukup dalam membangun generasi masa depan yang lebih maju dan bermoral. Karena sedemikian kompleksnya permasalah yang akan dihadapi oleh mereka para peserta didik. Sehingga ada kelanjutan dari pendidikan karakter tersebut yaitu pendidikan karakter berbasis qur’ani.
Pendidikan berbasis qur’ani adalah pendidikan agama yang bersumber dari nilai-nilai Quran dan Sunah Nabawiyah. Pendidikan ini sangat diperlukan oleh anak-anak didik, untuk mempersiapkan masa depannya yang lebih maju, kompleks, canggih dan penuh tantangan. Hal ini disebabkan karena kecenderungan masa depan yang kompleks dalam memecahkan masalah secara rasional berdampak pada pengabaian nilai-nilai moral demi kemanfaatan sesaat.
Dalam membangun karakter siswa berbasis qur’ani, yang diperlukan anak didik adalah pendidikan karakter yang bermuara kepada pengagungan nama Allah SWT, sehingga pendidikan apapun yang dia terima dapat menopang ketauhidannya. Al-Quran sebagai acuan kita, telah menginformasikan seperti dalam surat Shad ayat 29 “ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu yang penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran”.
Al-Quran yang menjadi salah satu sumber utama dalam kehidupan, akan mengajarkan anak didik bagaimana berperangai mulia atau sering kita kenal dengan Akhlakul Karimah. Menanamkan nilai-nilai akhlak Al-Quran terhadap anak sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-harinya.
Dalam Al-Quran pun anak-anak akan diajarkan bagaimana meneladani perangai Rasulullah SAW yang sangat mulia. Sehingga mereka akan lebih mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.
Menanamkan pendidikan qur’ani dengan mengedepankan etos Islam dapat diupayakan jika lingkungan anak juga Islami. Dalam suasana demikian, transfer nilai dapat berjalan dengan mulus. Dan hal ini dapat diterapkan terhadap anak dimulai sejak dini. Karena sesuai dengan penelitian dalam rentan waktu usia anak yang dini adalah saat-saat penting dalam perkembangan otak anak dan perilakunya.
“Didiklah anak-anak kalian dan buatlah pendidikan mereka itu menjadi baik” (HR. Ibnu Majjah). “Sebaik-baik orang diantara kalian adalah yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya”.
Sebagaimana yang diungkapkan Sayyid Quthb terdapat 3 karakteristik siswa berbasis qur’ani, yaitu :
1. Bersumber pada Al-Quran Al-Karim
Hal ini dialami sejak zaman para sahabat Rasulullah SAW yang menjadikan Al-Quran sebagai sumber utama dalam menjalankan kehidupannya. Bahkan ketika Aisyah r.a. ditanya mengenai akhlak Rasul, ia menjawab : “Akhlak beliau adalah Al-Quran”. (HR. An Nasai)
Al-Quran dijadikan sebagai alat bedah untuk membedah segala macam permasalahan yang terjadi kala itu. Bahkan Abu Bakar pernah berkata; kalau seandainya aku mencari tali kudaku, niscaya akan kutemukan dengan Al-Quran. Begitulah, kuatnya pemahaman para sahabat terhadap Al-Quran sehingga hidupnya menjadi lebih tertata dan teratur. Namun saat ini, justru ada sebagian dari umat Islam Indonesia yang berfikiran sekuler dan liberal, ia tidak menjadikan Al-Quran sebagai rujukan utama, bahkan karya-karya ilmuwan barat yang dijadikan pedoman.
2. Mempelajari Al-Quran untuk diamalkan dan dilaksanakan isinya
Al-Quran bukan hanya sebagai hiasan di depan ruang tamu, atau dibaca hanya ketika ada sanak family yang meninggal. Tidak hanya sekedar membaca, tapi lebih dari itu, kita berkewajiban juga untuk mentadabburi isi dan makna apa yang kita baca. Sehingga Al-Quran bisa dijadikan sebagai pemicu energi yang sangat besar untuk mengubah kehidupan seorang pribadi muslim. Bahkan lebih dari itu, peradaban dunia yang begitu menakjubkan pada awal abad ke-10 Masehi, juga diawali dengan memahami Al-Quran secara komprehensif.
3. Menghilangkan sifat-sifat kejahiliyahan pada masa lalu
Itulah 3 karakteristik siswa berbasis qurani yang istimewa. Yang menjadikan Al-Quran sebagai peta perjalanan hidup kita, peta untuk menuju kesuksesan dalam melewati perjalanan penuh rintangan dan peta untuk mencapai tujuan yang kita cita-citakan, yaitu surga-Nya yang abadi.
Dalam membangun karakter siswa berbasis qurani pun ada 4 tahapan yang harus dilakukan pendidik atau orang tua, yaitu :
1. Memberikan contoh keteladanan
Supaya anak didik dapat membaca Al-Quran berikan contoh dengan rutin membaca Al-Quran. Ataupun agar anak dapat menjaga kebersihan biasakan kita membuang sampah pada tempatnya.
Keteladanan inilah yang sangat berpengaruh besar dalam benak seorang anak. Dia akan melakukan apa yang kita perintahkan jika kita pun melakukannya. Karena yang didengar lebih sedikit dari apa yang dilihat.

2. Buatlah pendekatan sesuai “dunianya”
Ketika seorang wanita merenggut anaknya dengan kasar saat ia sedang “pipis” di pangkuan Rasulullah SAW, mencegahnya sambil bersabda, “tumpahan (kencing) ini dapat membersihkannya, tetapi apa yang dapat menghilangkan kekeruhan dari ini (akibat rengutan yang keras itu)?”.
Pendeketan inilah yang membuat perasaan anak didik menjadi nyaman. Dalam pendeketan kita sebagai orang tua atau pendidik diminta untuk lebih memerhatikan perkembangan seorang anak, baik itu kecerdasannya dan juga tingkah lakunya.
3. Menerapkan penahapan dan pembiasaan
Sebagai implikasi dari pandangan Al-Quran tentang proses pertumbuhan dan perkembangan jiwa manusia, Al-Quran dalam petunjuk-petunjuknya menjadikan penahapan dan pembiasaan sebagai salah satu ciri sekaligus metoda guna mencapai sasaran.
Penahapan adalah suatu proses pembelajaran yang mengutamakan kepentingan anak didik. Memberikan pengetahuan dan beberapa wejangan yang memang dapat dan mampu untuk dijalankannya.
Pembiasaan sering kita sebut dengan alat pendidikan yang sangat penting sekali dalam dunia pendidikan, terutama bagi anak didik kita. Karena anak-anak belum menginsafi apa yang dikatakannya. Semenjak lahir anak-anak harus dibiasakan untuk melakukan hal-hal yang memang baik dan berperangai baik pula.
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah merahmati seseorang yang membantu anaknya berbakti kepadanya. Rasul ditanya; Bagaimana dia membantunya ?, Beliau menjawab; Dia menerima yang mudah dari anaknya. Dia memaafkan yang sulit, dia tidak membebaninya dengan tugas yang berat, tidak juga memakinya (bila keliru)”.
Menggunakan alat peraga untuk menyampaikan pendidikan agama, agar menyatu dengan kehidupan sehari-hari, sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Begitupun dengan kita harus lebih pandai untuk menggunakan situasi yang lebih bagus.
4. Menerapkan watak positif
Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya :
• Fleksibelitas, kemampuan untuk melihat adanya alternatif-alternatif pemecahan masalah, keterbukaan; suasana keterbukaan menghasilkan sikap demokrasi dan terbuka.
• Ketegasan, era globalisasi menghadapkan kita pada banyak pilihan yang menuntut kita untuk bertindak tegas (bukan kasar). Ketegasan perlu dibatasi oleh etika dan prinsip agama.
• Percaya diri untuk berinisiatif, kompetisi merupakan ciri globalisasi, menuntut kita memiliki percaya diri untuk berinisiatif, toleransi kepada ketidakpastian. Sesuatu selalu berubah, hanya Allah yang konstan, kemandirian, berencana, disiplin, berani ambil resiko dan lain sebagainya.
Akhirnya perlu di garis bawahi, bahwa pendidikan karakter berbasis qur’ani, perlu pendekatan yang sesuai dengan perkembangan anak didik, yang didukung penuh oleh orang tua dengan keteladanan, akan menghasilkan generasi qurani. Pendidikan dalam Islam adalah ibadah, ia lahir dari pandangan Islam tentang menuntut ilmu, yang dinilainya sebagai ibadah.
Perlu kita ketahui, bahwa apa yang kita bahas sekarang adalah sebagaimana yang diilhami dari perilaku anak-anak didik sekarang yang sungguh jauh dari norma-norma Islam yang berlaku. Banyak dari mereka yang tidak tahu apa yang dia lakukan memang merupakan kebenaran ataupun sebaliknya.
Memiliki anak-anak didik yang bebasis qur’ani memang dambaan semua pihak. Mereka merupakan generasi qur’ani yang dapat mengemban amanah umat ini di masa yang akan datang. Generasi ini selalu berpangku pada Al-Quran dan As-Sunnah yang menjadi pedoman hidup seluruh umat Islam.
Namun, keinginan kita yang besar untuk menjadikan generasi qurani tidaklah didukung dengan sistem dan kurikulum yang diterapkan di Indonesia ini. Yaitu Persoalan pembelajaran nilai-nilai Islam di sekolah sering dikaitkan dengan jumlah jam belajar yang tidak berimbang dengan kebutuhan dan target dari mata pelajaran agama Islam itu sendiri. Dua jam seminggu menjadi sangat tidak realistis dengan tuntutan anak agar dapat memahami ibadahnya dengan benar, tumbuh kesadaran beribadah dan bahkan membangun mental dan akhlak anak menjadi mulia sebagaimana tuntunan agama.
Hematnya, kepedulian kita terhadap anak didik sekarang telah didukung dengan banyaknya berdiri lembaga-lembaga pendidikan yang sangat mengedepankan pendidikan Al-Quran dan tidak mengesampingkan pendidikan umum.

Senin, 07 Juni 2010

DESIGN KAOS

BAG. FURUD AHLUL WARIS SYARAT-SYARAT
NISFU ½ 1. BINTUN / ANAK PEREMPUAN • Sendirian
• Tidak ada anak lelaki
2. ZAUJUN / SUAMI • Sendirian
• Tidak ada far’ul waris (ibnun, bintun, ibnul ibni, bintul ibni)
3. BINTUL IBNI / CUCU PEREMPUAN DARI ANAK LELAKI • Sendirian
• Tidak ada ibnun dan ibnul ibni
• Tidak ada bintun
4. UKHTUN SYAQIQOH / SAUDARA PEREMPUAN SEKANDUNG • Sendirian
• Tidak ada saudara lelaki sekandung
• Tidak ada far’ul waris
• Tidak ada aslul waris lelaki (abbun, jaddun)
5. UKHTUN LIABBI / SAUDARA PEREMPUAN SEBAPAK • Sendirian
• Tidak ada saudara lelaki sekandung
• Tidak ada far’ul waris
• Tidak ada aslul waris lelaki (abbun, jaddun)
• Tidak ada saudara perempuan sekandung
• Tidak ada saudara lelaki sebapak
RUB’U ¼ 1. ZAUJUN / SUAMI • Ada anak
• Ada far’ul waris
2. ZAUJATUN / ISTRI • Tidak ada anak
• Tidak ada far’ul waris
TSUMUN 1/8 1. ZAUJATUN/ZAUJAATU / 1 ATAU BANYAK • Ada anak
• Ada far’ul waris
TSULUTSANI 2/3 1. BINTANI / 2 ANAK PEREMPUAN • Tidak ada anak lelaki
2. BINTANIL IBNI / 2 CUCU PEREMPUAN DARI ANAK LELAKI • Tidak ada ibnun dan ibnul ibni
• Tidak ada bintun/bintani
3. UKHTANI SYAQIQOTANI / 2 SAUDARA PEREMPUAN SEKANDUNG • Tidak ada saudara lelaki sekandung
• Tidak ada far’ul waris / 2 atau lebih
• Tidak ada aslul waris lelaki (abbun, jaddun)

4. UKHTANI LIABBI / 2 SAUDARA PEREMPUAN SEBAPAK • Tidak ada saudara lelaki sekandung
• Tidak ada far’ul waris / 2 atau lebih
• Tidak ada aslul waris lelaki (abbun, jaddun)
• Tidak ada saudara perempuan sekandung
• Tidak ada saudara lelaki sebapak
TSULUS 1/3 1. UMMUN / IBU • Tidak ada far’ul waris
• Tidak ada saudara lelaki atau perempuan lebih dari dua
2. IKHWAH/AKHOWAT LIUMMI / SAUDARA LELAKI/PEREMPUAN SEIBU 2 ORANG ATAU LEBIH • Tidak ada far’ul waris
• Tidak ada aslul waris lelaki (abbun, jaddun)
SUDUS 1/6 1. UMMUN / IBU • Ada anak atau cucu
• Ada saudara lelaki atau perempuan lebih dari dua
2. ABBUN / BAPAK • Ada anak
• Ada cucu
3. UMMUL UMMI (JADDATUN) / NENEK DARI IBU • Tidak ada ibu
4. UMMUL ABBI (JADDATUN) / NENEK DARI BAPAK • Tidak ada ibu
• Tidak ada bapak
5. ABBUL ABBI (JADDUN) / KAKEK • Ada anak atau cucu
• Tidak ada bapak
6. BINTUL IBNI / CUCU PEREMPUAN DARI ANAK LELAKI • Ada anak perempuan satu orang
• Tidak ada anak lelaki
• Tidak ada cucu lelaki dari anak lelaki
7. UKHTUN LIABBI / SAUDARA PEREMPUAN SEBAPAK/ 1 ORANG ATAU LEBIH • Ada 1 orang saudara perempuan sekandung
• Tidak ada far’ul waris
• Tidak ada abbun dan jaddun
• Tidak ada saudara lelaki sebapak
8. UKHTUN/AKHUN LIUMMI / SAUDARA LELAKI/PEREMPUAN SEIBU • Sendirian
• Tidak ada far’ul waris
• Tidak ada aslul waris (abbun, jaddun)

Kamis, 24 Desember 2009

Makalah Ilmu Pendidikan Islam

Alat-alat Pendidikan Islam

Pengertian Alat-alat Pendidikan
Dalam suatu pekerjaan baik itu yang diperintahkan ataupun tidak, mustilah semuanya ada maksud dan tujuan yang hendak dicapai oleh si pekerja, orang tua menyuruh anaknya mandi, melarang anaknya merusak tanaman, menyuruh anaknya pergi mengaji ke Mushola, dan lain-lain; ada tujuannya tersendiri.
Begitu juga Ilmu Pendidikan secara umum yang bertujuan membawa anak atau peserta didik kepada kedewasaannya, yang berarti dia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri, berbuat dan hidup menurut nilai-nilai dan norma-norma keagamaan yang berlaku.
Tujuan Ilmu Pendidikan Islam sendiri yaitu untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat, dan juga untuk tunduk dan mengabdi dan beribadah kepada Allah SWT.
Dan demi mencapai suatu tujuan tersebut di dalam Ilmu Pendidikan ada usaha, metode, atau perbuatan si pendidik untuk melaksanakan tugas mendidik sehingga mencapai tujuan pendidikan disebut juga alat-alat pendidikan.
Alat pendidikan pula dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau perbuatan atau benda yang sengaja diadakan untuk mempermudah pencapaian tujuan pendidikan. Alat pendidikan dapat juga disebut sebagai sarana atau prasarana pendidikan.
Sementara Ahmad D. Marimba mengemukakan pendapatnya tentan alat pendidikan Islam ialah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dengan mencakup apa saja yang dapat digunakan termasuk meode pendidikan Islam. Ataupun langkah-langkah yang diambil demi kelancaran proses pelaksanaan pendidikan dan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Adapun pembagian alat-alat pendidikan atau apa saja yang termasuk dalam alat pendidikan, Imron Fauzi membagi kedalam dua bagian, yaitu fisik dan non fisik :
1. Fisik
Yang termasuk alat fisik pendidikan berupa lembaga pendidikan dan media pendidikan.

2. Non Fisik
Yaitu alat pendidikan yang berupa materi atau pokok-pokok pikiran yang membantu proses pendidikan yang terdiri dari : kurikulum, metode, evaluasi, manajemen, mutu pelajaran, dan keuangan.
Abdurrahman An-Nahlawi membagi alat-alat pendidikan Islam kepada dua golongan, yaitu :
1. Alat Pendidikan Preventif
Alat pendidikan preventif ialah alat pendidikan yang bersifat pencegahan yang bertujuan untuk mencegah anak sebelum dia berbuat sesuatu yang tidak baik, seperti tata tertib, anjuran dan perintah, larangan dan paksaan.
2. Alat Pendidikan Represif
Alat pendidikan represif ialah alat pendidikan yang bersifat korektif dengan tujuan untuk menyadarkan anak kembali kepada hal-hal yang baik dan tertib seperti, pemberitahuan, teguran, hukuman atau ganjaran.
Namun ada sebagian yang berpendapat juga bahwa alat pendidikan dibagi kedalam tiga bagian, yaitu :
1. Alat-alat yang memberikan perlengkapan berupa kecakapan berbuat dan pengetahuan hafalan, alat ini disebut juga pembiasaan.
2. Alat-alat untuk memberi pengertian, membentuk sikap, minat, dan cara-cara berfikir.
3. Alat-alat yang membawa kearah keheningan bathin, kepercayaan, dan pengarahan diri sepenuhnya kepada Allah.
Dengan begitu dalam makalah ini kami membagi alat-alat pendidikan kepada dua bagian yang bersifat umum, yaitu :
1. Alat pendidikan berupa materi atau pokok-pokok pikiran pembelajaran, diantaranya : kurikulum dan manajemen.
2. Alat-alat pendidikan berupa sikap atau tindakan yang harus dan sengaja dilakukan, yaitu : pembiasaan dan pengawasan, perintah dan larangan, ganjaran dan hukuman, nasihat, qudwah atau tauladan.








1. Kurikulum
Kurikulum merupakan bahan-bahan pelajaran yang harus disajikan dalam suatu sistem institusional pendidikan. Dalam ilmu pendidikan Islam kurikulum merupakan komponen yang amat penting karena juga sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan itu.
Zakiyah Derajat mengungkapkan bahwa kurikulum merupakan suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan tertentu.
Abdurrahman An-Nahlawi mengatakan kurikulum sebagai sesuatu yang mendukung pengajaran dan sistem, serta tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari ilmu tersebut. Dan juga untuk menyesuaikan suatu maddah (mata pelajaran) yang akan diberikan kepada setiap marhalah (tingkatan).
Sedangkan Ibnu Sahnun membagi kurikulum pendidikan kepada dua bagian; kurikulum wajib, dan kurikulum pilihan. Kurikulum wajib meliputi Al-Quran, hadits, dan fiqh. Sedangkan kurikulum pilihan berkisar pada materi-materi : ilmu hitung, syair, al-gharib (kata sulit), bahasa Arab, dan ilmu nahwu, yang semuanya itu bertujuan untuk menanamkan sendi-sendi pendidikan berdasarkan norma-norma pengetahuan Islam. Dan kurikulum pendidikan Islam sejalan dengan filsafat Islam yang mengajak manusia untuk memiliki pengetahuan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Kurikulum pendidikan pun harus mencakup tiga hal penting, yaitu : pendidikan akal, pendidikan jasmani, dan pendidikan hati. Kemudian kurikulum hendaknya mampu menggabungkan ilmu agama dan ilmu umum sehingga sasaran dan tujuan itu dapat terealisasikan.
Hasan Langgulung mendefinisikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman, pendidikan, kebudayaan, sosial, keolahragaan, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolong mereka untuk berkembang dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dalam muatan kurikulum pendidikan pun harus mencakup seluruh ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan menjadi dasar bagi kemajuan dan kejayaan hidup manusia. Sehingga kurikulum dapat dikategorikan sebagai alat pendidikan yang sangat urgen (penting) di masa sekarang.



2. Metode
Alat pendidikan Islam selanjutnya ialah metode yang dapat diartikan sebagai cara mengajar untuk pencapaian tujuan. Penggunaan metode dapat memperlancar proses pendidikan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Metode-metode yang dimaksud seperti : metode ceramah, metode tanya jawab, metode hafalan, cerita, diskusi, dan lain-lain.
Metode pendidikan Islam disini adalah jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim yang sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah.
Dalam ilmu metodik umum pendidikan agama Islam dijelaskan berbagai metode mengajar yang dapat digunakan oleh seseorang demi tercapainya suatu tujuan pendidikan Islam dalam kegiatan interaksi secara umum, misalnya metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, dan lain-lain.
Ibnu Sahnun mengutarakan lima metode pendidikan secara umum yang harus diikuti oleh setiap pendidik adalah sebagai berikut :
a. Pendidik menyediakan waktu luang bagi anak didiknya untuk mengajar.
b. Pendidik tidak memindahkan meteri satu ke materi yang lain sebelum mereka hafal.
c. Pendidik menyediakan waktu khusus untuk diskusi dan memberikan mereka kebebasan untuk mengeluarkan pendapat.
d. Pendidik hendaknya mengulani setiap materi yang telah diberikan (evaluasi).
e. Pendidik hendaknya bersifat adil.
Hasan Al-Banna menawarkan enam metode pendidikan, yaitu sebagai berikut :
a. Metode diakronis, yaitu suatu metode pengajaran yang menonjolkan asfek sejarah.
b. Metode sinkronik-analitik, yaitu metode yang member kemampuan analisis teoretis, seperti, diskusi, lokakarya, seminar, resensi buku, dan lain-lain.
c. Metode hallul musykilat (problem solving), yaitu metode yang digunakan untuk melatih anak didik berhadapan dengan berbagai masalah.
d. Metode tajribiyat (empiris), yaitu metode yang digunakan untuk mem-perolah kemampuan anak dalam mempelajari ilmu pengetahuan agama dan umum.
e. Metode al-istiqro’iyyat (induktif), yaitu metode yang digunakan agar anak didik memiliki kemampuan riset terhadap ilmu pengetahuan.
f. Metode al-isthinbathiyyat (deduktif), yaitu metode yang digunakan untuk menjelaskan hal-hal umum kepada hal-hal khusus. Kebalikan dari metode induktif.
Sedangkan Imam Zarkasyi memberikan metode pendidikan dan kaidah pengajaran, yaitu pelajaran harus dimulai dari yang mudah dan sederhana, tidak tergesa-gesa pindah ke pelajaran yang lain sebelum anak didik memahami betul pelajaran yang telah diberikan, proses pengajaran harus teratur dan tematik, dan lain sebagainya.


3. Pembiasaan dan Pengawasan

A. Pembiasaan
Pembiasaan dalah salah satu alat pendidikan yang penting sekali, terutama bagi anak-ana yang masih kecil. Anak-anak kecil belum menginsafi apa yang dikatakan baik dan apa yang dikatakan buruk dalam arti susila. Juga anak kecil belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti orang dewasa, tetapi mereka sudah mempunyai hak seperti hak dipelihara, hak mendapat perlindungan, dan hak mendapat pendidikan. Anak kecil belum kuat ingatannya; ia cepat melupakan apa yang sudah dan baru terjadi. Perhatian mereka mudah beralih kepada hal-hal yang baru, yang lainnya, yang disukainya. Apalagi kepada anak-anak yang baru lahir, hal itu semua belum ada sama sekali atau setidaknya, belum sempurna sama sekali.
Oleh karena itu, sebagai permulaan dan sebagai pangkal pendidikan, pembiasaan merupakan alat satu-satunya. Sejak dilahirkan anak-anka harus dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan dan perbuatan-perbuatan yang baik, seperti dimandikan dan ditidurkan pada waktu tertentu, diberi makan dengan teratur, dan sebagainya. Makin besar anak itu, kebiasaan-kebiasaan baik itu harus tetap diberikan dan dilaksanakan, seperti tidur dan bangun pada waktunya yang teratur, demikian pula makan, mandi, bermain-main, berbicara, belajar, dan bekerja.
Pembiasaan yang baik penting artinya bagi pembentukan anak-anak, dan juga akan terus berpengaruh kepada anak sampai hari tuanya, sehingga anak itu terbiasa untuk melakukan hal-hal yang baik.
Begitu juga Rasulullah SAW dalam membimbing para sahabatnya agar selalu membiasakan amalan baik untuk dikerjakan setiap hari.
Abdurrahman An-Nahlawi mengungkap pengaruh-pengaruh positif pendidikan yang diawali dari pembiasaan, yaitu sebagai berikut :
a. Meyakinkan atau menyadarkan anak didik akan perbuatan yang baik.
b. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam setiap perbuatannya.
c. Memberikan kecintaan pada perbuatannya dengan selalu rendah hati dan dapat menghilangkan sifat malas.
d. Memperdalam jiwa dan konsekuen dengan perbuatannya.
Supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik hasilnya, harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain :
a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.
b. Pembiasaan itu hendaklah terus-menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi kebiasaan yang otomatis. Untuk itu dibutuhkan pengawasan.
c. Pendidikan hendakalah konsekuen, bersikap tegas, dan tetap teguh terhadap pendiriannya yang telah diambilnya. Jangan member kesempatan kepada anak untuk melanggar pembiasaan yang telah ditetapkan itu.
d. Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati anak itu sendiri.


B. Pengawasan
Di atas telah dikatakan bahwa pembiasaan yang baik membutuhkan pengawasan. Demikian pula, aturan-aturan dan larangan-larangan dapat berjalan dan ditaati dengan baik jika disertai dengan pengawasan yang terus-menerus. Perkataan terus-menerus disini dimaksudkan bahwa pendidik hendaklah konsekuen; apa yang dilarang hendaknya selalu dijaga jangan sampai dilanggar dan apa yang telah diperintahkan jangan sampai diingkari. Juga pengawasan ini perlu sekali untuk menjaga bilamana ada bahaya-bahaya yang dapat merugikan perkembangan anak-anak baik jasmani maupun rohani.
Pengawasan itu penting sekali dalam mendidik anak-anak. Tanpa pengawasan berarti membiarkan anak berbuat sekehendaknya anak tidak akan dapat membedakan yang baik dan buruk, tidak mengetahui mana yang seharusnya dihindari, dan mana yang boleh dan harus dilaksanakan, mana yang membahayakan dan tidak.
Anak yang dibiarkan tumbuh sendiri menurut alamnya, akan menjadi manusia yang hidup menurut nafsunya saja.
Memang, ada ahli-ahli didik yang menuntut adanya kebebasan yang penuh dalam pendidikan. Akan tetapi, para ahli didik sekarang umumnya sependapat bahwa pengawasan adalah alat pendidikan yang penting dan harus dilaksanakan, biarpun secara berangsur-angsur anak itu harus diberi kebebasan.
Tentu saja pengawasan itu dilakukan oleh pendidik dengan mengingat usia anak-anak. Anak-anak yang masih kecil sangat membutuhkan pengawasan. Makin besar anak itu, makin berkurang pengawasannya sehingga berangsur-angsur anak itu dapat bertanggung jawab atas tindakan dan perbuatannya.
Jadi, dalam hal ini harus ada perbandingan antara pengawasan dan kebebasan. Tujuan mendidik adalah membentuk anak supaya pada akhirnya dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab sendiri atas perbuatannya, mendidik kearah kebebasan.
Dengan begitu, antara pembiasaan dan pengawasan terdapat ikatan yang sangat erat demi terwujudnya tujuan pendidikan. Dengan kata lain kita membiasakan anak untuk melakukan sesuatu dengan diiringi pengawasan yang terus-menerus.


4. Perintah dan Larangan

A. Perintah
Perintah bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang yang harus dikerjakan oleh orang lain, melainkan dalam hal ini termasuk peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh anak-anak. Setiap perintah dan peraturan dalam pendidikan menagandung noram-norma kesusilaan; jadi bersifat memberi arah atau mengandung tujuan kearah perbuatan susila.
Tentu saja suatu perintah atau peraturan itu dapat mudah ditaati oleh anak-anak jika pendidik sendiri menaati dan hidup menurut peraturan-peraturan itu; jika apa yang harus dilakukan olah anak-anak itu sebenarnya sudah dimiliki dan menjadi pedoman pula bagi hidup si pendidik.
Dengan singkat, kita dapat mengatakan bahwa dalam berbagai hal, dalam pendidikan, contoh atau suri tauladan dari si pendidik merupakan alat pendidikan yang sangat penting pula, bahkan yang utama sekali. Karena tidak mungkin anak didik melaksanakan setiap apa yang diperintahkan pendidik jikalau pendidik itu sendiri tidak menjadi suri tauladan bagi anak didiknya.
Juga segala apa yang dinamakan alat pendidikan, seperti perintah, larangan, nasihat, dan hukuman, berhasil atau tidaknya tergantung kepada si pendidik itu sendiri.
Supaya perintah-perintah yang dilancarkan oleh si pendidik terhadap anak didiknya dapat ditaati sehingga dapat tercapai apa yang dimaksud, hendaklah perintah-perintah itu memenuhi syarat-syarat tertentu :
a. Perintah hendaklah terang dan singkat.
b. Perintah hendaklah diseduaikan dengan keadaan dan umur anak.
c. Perintah hendaklah bersifat tidak terlalu keras.
d. Janganlah terlalu banyak dan berlebih-lebihan dalam memberi perintah.
e. Pendidik hendaklah konsekuen terhadap apa yang telah diperintahkannya.
f. Pendidik hendaklah sama-sama mengerjakan apa yang telah dia perintahkan kepada anak didiknya.



B. Larangan
Disamping memberi perintah, sering pula kita harus melarang perbuatan anak-anak. Larangan itu biasanya kita keluarkan jika anak melakukan sesuatu yang tidak baik, yang merugikan, atau yang dapat membahayakan dirinya.
Kalau kita perhatikan benar-benar, umumnya di dalam rumah tangga larangan itu merupakan alat mendidik satu-satunya yang lebih banyak dipakai oleh para ibu dan bapak terhadap anaknya. Sebenarnya, pendapat yang demikian itu tidak benar. Seorang anak yang selalu dilarang dalam segala perbuatan dan permainannya sejak kecil, dapat terhambat perkembangan jasmani dan rohaninya, dan juga menumbuhkan sifat jelek pada diri anak secara tidak langsung.
Maka dari itu, janganlah pendidik terlalu banyak melarang perbuatan anak didiknya. Dan demi terjaganya sebuah larangan ada beberapa syarat yang diajukan dan perlu diingat oleh para pendidik, diantaranya :
a. Larangan harus diberikan dengan singkat.
b. Berilah penjelasan atas apa yang telah kita larang.
c. Jangan terlalu sering melarang.
d. Bagi anak-anak yang masih kecil, larangan dapat dicegah dengan membelokkan perhatian anak kepada sesuatu yang lain, yang menarik minatnya.


5. Ganjaran dan Hukuman (Reward dan Punishment)

A. Ganjaran (Reward)
Ganjaran adalah suatu alat pendidikan untuk mendorong anak didik agar dapat terus mengerjakan perbuatan itu, ataupun suatu penghargaan yang diberikan dengan maksud dan tujuan tertentu.
Ganjaran (reward) adalah suatu “balasan” dalam dunia pendidikan yang berarti hadiah, upah, ataupun penghargaan, bahkan pahala juga dapat diartikan dengan reward yang banyak Allah sebut dalam Al-Quran ayat-ayat yang berkenaan dengan reward atau ganjaran bagi si pelaku perbuatan.
Ganjaran terkadang dikonotasikan dengan suatu hal yang negatif, tetapi lazimnya selalu digunakan dalam pengertian positif.
Pun, demikian memberikan ganjaran kepada anak didik bukan merupakan hal yang mudah, banyak sekali macamnya, diantaranya :
a. Ganjaran dengan isyarat (menganggukan kepala).
b. Ganjaran dengan memberikan pujian.
c. Ganjaran dengan memberikan hadiah liburan atau jalan-jalan.
d. Ganjaran dengan memberikan benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak.
Adapun syarat-syarat pendidik dalam memberikan ganjaran terhadap anak didiknya, yaitu :
a. Pendidik harus mengenal anak didiknya yang akan diberi ganjaran.
b. Ganjaran yang diberikan kepada seorang anak didik hendaknya jangan menimbulkan rasa iri hati atau cemburu bagi anak didik lainnya.
c. Memberikan ganjaran hendaknya hemat.
d. Janganlah memberikan ganjaran dengan menjanjikan lebih dulu sebelum anak itu melakukan perbuatannya.
e. Pendidik harus berhati-hati dalam memberikan ganjaran.

B. Hukuman (Punishment)
Hukuman (punishment) adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadinya suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan.
Hukuman yang diberikan hendaknya bersifat perubahan atau bertujuan merubah kearah yang lebih baik dan jawaban atas sebuah pelanggaran.
Namun terkadang si pendidik menjadikan hukuman sebagai pelampiasan kekesalan terhadap anak didiknya. Sehingga mengakibatkan ketidak ikhlasan anak didik dalam menerima hukuman dan menimbulkan kebencian serta rasa dendam terhadap pendidik. Oleh karena itu, hendaklah bagi si pemberi hukuman mengetahui watak anak didik yang akan diberikan hukuman terlebih dahulu, demi untuk penyesuaian hukuman itu sendiri.
Wiliam Stern membedakan tiga macam hukuman yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak-anak yang menerima hukuman, yaitu :
1) Hukuman Asosiatif
Hukuman asosiatif diberikan kepada anak kecil untuk mengajarkan kepada mereka tentang ilustrasi hukuman dengan kejahatan atau pelanggaran.
2) Hukuman Logis
Hukuman ini dipergunakan terhadap anak-anak yang telah agak besar. Dengan hukuman ini, anak mengerti bahwa hukuman itu adalah akibat yang logis dari pekerjaan atau perbuatannya yang tidak baik. Anak mengerti bahwa ia mendapatkan hukuman itu adalah akibat kesalahan yang diperbuatnya. Misalnya anak disuruh menghapus papan tulis setelah ia mencoret-coret dan mengotorinya.
3) Hukuman Normatif
Hukuman normatif ialah hukuman yang bermaksud memperbaiki moral anak-anak. Hukuman inin dilakukan terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berhubungan dengan norma-norma etika, sepetti halnya berdusta, menipu, dan mencuri. Jadi hukuman normatif sangat erat hubungannya dengan pembentukan watak anak-anak.
Di samping perbedaannya yang jelas antara pengertian “hukuman” dan “ganjaran”, di dalam proses pendidikan keduanya itu mengandung pula persamaan.
Kedua-duanya merupakan reaksi dari si pendidik atas perbuatan yang telah dilakukan oleh anak didik. Hukuman dijatuhkan atas dasar perbuatan anak didik yang melanggar dari aturan atau melakukan hal yang tidak baik. Ganjaran diberikan atas dasar perbuatan-perbuatan baik yang telah dilaksanakan oleh anak didik.
Adapun syarat-syarat hukuman yang akan diberikan kepada peserta didik, antara lain adalah :
a. Hukuman hendaklah dapat dipertanggung jawabkan.
b. Hukuman harus bersifat memperbaiki.
c. Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam.
d. Jangan menghukum dikala kita sedang marah.
e. Hukuman diberikan dengan sadar.
f. Tidak ada hukuman badan (fisik) seperti memukul atau menendang.


6. Qudwah atau Suri Tauladan
Tauladan (qudwah) adalah merupakan hal terpenting dalam alat pendidikan Islam demi tercapainya sebuah tujuan, karena sesuai dengan fitrah manusia yang selalu mengikuti apa yang ia kagumi dan selalu mencari panutan demi menjadi percontohan untuk hidupnya sehari-hari.
Sebagaimana umat Islam yang menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan utama dalam mengarungi bahtera kehidupannya.
Seorang anak didik tidak akan melakukan suatu perbuatan yang diperintahkan oleh gurunya kecuali guru itu melakukannya, dengan kata lain murid selalu memperhatikan gerak-gerik atau tingkah laku gurunya.
Dan juga telah disinggung di awal bahwa qudwah pun menjadi salah satu faktor utama keberhasilan suatu tujuan pendidikan. Tidak mungkin pendidikan Islam khususnya akan berhasil dengan tidak adanya tauladan dalam proses pendidikan itu sendiri. Dengan begitu, qudwah atupun tauladan dari seorang pendidik terhadap anak didiknya harus kita perhatikan.

7. Nasihat atau Dorongan
Alat pendidikan Islam yang selanjutnya adalah nasihat (mauidzot). Nasihat dalam segi bahasa mengingatkan atau melembutkan hatinya dari pahala dan siksa. Sedangkan menurut istilah nasihat berarti mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran, yang menimbulkan penekanan dalam hati dan mengerjakannya dalam perbuatan yang nyata.
Nasihat dapat juga dilakukan dengan menerangkan sebuah kemaslahatan (kebaikan) dan kebenaran, atapun dengan mengingatkan yaitu mengingatkan akan adanya kematian, rasa sakit, dan hari pembalasan.
Hal ini dilakukan agar anak didik tidak melenceng jauh dar norma-norma dan nilai-nilai Islam yang telah ditanamkan di awal, dan juga seorang pendidik harus sering memberikan nasihat kepada peserta didik, karena nasihatlah yang selalu menggugah hati setiap pendengarnya.
Dalam Islam nasihat merupakan salah satu jalan dakwah yang membimbing dan mengajak umatnya kepada jalan yang diridloi Allah SWT. Dengan nasihat pula lah Islam menyebar di seluruh alam dunia ini.

DAFTAR PUSTAKA
An-Nahlawi, Abdurrahman. 1979. Ushul Al-Tarbiyah Al-Islamiyah wa Asalibuha
fi Al-Bait wa Al-Madrasah wa Al-Mujtama’. Beirut : Dar Al-Fikr.
Purwanto, M. Ngalim. Drs. MP. 1998. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis.
Bandung : Rosda.
Tafsir, Ahmad. DR. 1990. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Bandung :
Rosda.
Susanto, A. Drs. M.Pd. 2009. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta : Amzah.
www.anakciremai.com/makalah-agama-islam. “Ilmu Pendidikan Islam” Makalah
Pendidikan Agama Islam jumat 13 Juni 2008.
www.imronfauzi.wordpress.com. “Alat dan Sarana Pendidikan Islam” Makalah
28 Februari 2008 Pukul 15.11 WIB.
Mahfuz Budi, M.Pd. “Makalah Filsafat Pendidikan Islam”. Mahasiswa S-3 IAIN
SUMUT Medan 2008.

Kamis, 17 Desember 2009

Penyumbat Saluran Rezeki
Oleh: KH Abdullah Gymnastiar

Allah SWT menciptakan semua makhluk telah sempurna dengan pembagian rezekinya. Tidak ada satu pun yang akan ditelantarkan-Nya, termasuk kita. Karena itu, rezeki kita yang sudah Allah jamin pemenuhannya. Yang dibutuhkan adalah mau atau tidak kita mencarinya. Yang lebih tinggi lagi benar atau tidak cara mendapatkannya. Rezeki di sini tentu bukan sekadar uang. Ilmu, kesehatan, ketenteraman jiwa, pasangan hidup, keturunan, nama baik, persaudaraan, ketaatan termasuk pula rezeki, bahkan lebih tinggi nilainya dibanding uang.

Walau demikian, ada banyak orang yang dipusingkan dengan masalah pembagian rezeki ini. “Kok rezeki saya seret banget, padahal sudah mati-matian mencarinya?” “Mengapa ya saya gagal terus dalam bisnis?” “Mengapa hati saya tidak pernah tenang?” Ada banyak penyebab, mungkin cara mencarinya yang kurang profesional, kurang serius mengusahakannya, atau ada kondisi yang menyebabkan Allah Azza wa Jalla “menahan” rezeki yang bersangkutan. Poin terakhir inilah yang akan kita bahas. Mengapa aliran rezeki kita tersumbat? Apa saja penyebabnya?

Saudaraku, Allah adalah Dzat Pembagi Rezeki. Tidak ada setetes pun air yang masuk ke mulut kita kecuali atas izin-Nya. Karena itu, jika Allah SWT sampai menahan rezeki kita, pasti ada prosedur yang salah yang kita lakukan. Setidaknya ada lima hal yang menghalangi aliran rezeki.

Pertama, lepasnya ketawakalan dari hati. Dengan kata lain, kita berharap dan menggantungkan diri kepada selain Allah. Kita berusaha, namun usaha yang kita lakukan tidak dikaitkan dengan-Nya. Padahal Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya. Ketika seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukan-lah yang akan ia terima. Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Demikian janji Allah dalam QS Ath Thalaaq [63] ayat 3.

Kedua, dosa dan maksiat yang kita lakukan. Dosa adalah penghalang datangnya rezeki. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.” (HR Ahmad). Saudaraku, bila dosa menyumbat aliran rezeki, maka tobat akan membukanya. Andai kita simak, doa minta hujan isinya adalah permintaan tobat, doa Nabi Yunus saat berada dalam perut ikan adalah permintaan tobat, demikian pula doa memohon anak dan Lailatul Qadar adalah tobat. Karena itu, bila rezeki terasa seret, perbanyaklah tobat, dengan hati, ucapan dan perbuatan kita.

Ketiga, maksiat saat mencari nafkah. Apakah pekerjaan kita dihalalkan agama? Jika memang halal, apakah benar dalam mencari dan menjalaninya? Tanyakan selalu hal ini. Kecurangan dalam mencari nafkah, entah itu korupsi (waktu, uang), memanipulasi timbangan, praktik mark up, dsb akan membaut rezeki kita tidak berkah. Mungkin uang kita dapat, namun berkah dari uang tersebut telah hilang. Apa ciri rezeki yang tidak berkah? Mudah menguap untuk hal sia-sia, tidak membawa ketenangan, sulit dipakai untuk taat kepada Allah serta membawa penyakit. Bila kita terlanjur melakukannya, segera bertobat dan kembalikan harta tersebut kepada yang berhak menerimanya.

Keempat, pekerjaan yang melalaikan kita dari mengingat Allah. Bertanyalah, apakah aktivitas kita selama ini membuat hubungan kita dengan Allah makin menjauh? Terlalu sibuk bekerja sehingga lupa shalat (atau minimal jadi telat), lupa membaca Alquran, lupa mendidik keluarga, adalah sinyal-sinyal pekerjaan kita tidak berkah. Jika sudah demikian, jangan heran bila rezeki kita akan tersumbat. Idealnya, semua pekerjaan harus membuat kita semakin dekat dengan Allah. sibuk boleh, namun jangan sampai hak-hak Allah kita abaikan. Saudaraku, bencana sesungguhnya bukanlah bencana alam yang menimpa orang lain. Bencana sesungguhnya adalah saat kita semakin jauh dari Allah.

Kelima, enggan bersedekah. Siapapun yang pelit, niscaya hidupnya akan sempit, rezekinya mampet. Sebaliknya, sedekah adalah penolak bala, penyubur kebaikan serta pelipat ganda rezeki. Sedekah bagaikan sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat (QS Al Baqarah [2]: 261). Tidakkah kita tertarik dengan janji Allah ini? Maka pastikan, tiada hari tanpa sedekah, tiada hari tanpa kebaikan. Insya Allah, Allah SWT akan membukakan pintu-pintu rezeki-Nya untuk kita. Amin.

Wassalamu'alaikum wr. wb.